SISTEM
ARUS PERMUKAAN LAUTAN PASIFIK
A.Pengertian Samudra Pasifik
atau Lautan Teduh
Samudra
Pasifik atau Lautan Teduh (dari bahasa
spayol Pacifico, artinya tenang) adalah kumpulan air terbesar
di dunia. Ia mencakup kira-kira sepertiga permukaan bumi,
dengan luas sebesar 179,7
juta km² (69,4 juta mi²). Panjangnya sekitar
15.500
km (9.600 mi) dari laut
bering di Arktik hingga batasan es di Laut
Ross di Antartika
di selatan. Samudra Pasifik mencapai lebar timur-barat terbesarnya pada sekitar
5 derajat U garis lintang, di mana ia terbentang sekitar 19.800
km (12.300 mi) dari Indonesia hingga pesisir Kolombia. Batas sebelah barat samudra ini biasanya diletakkan di Selat Malaka.
Titik terendah permukaan Bumi—Palung
Mariana—berada di Samudra Pasifik. Samudra
ini terletak di antara Asia
dan Australia di
sebelah barat, Amerika di sebelah timur, Antartika di sebelah selatan dan Samudra Arktik di
sebelah utara.
Samudra Pasifik dilihat dari pesisir
di bagian tengah Chili
Samudra Pasifik berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari
jumlah kepulauan yang berada di lautan dunia lainnya jika digabung), yang
mayoritas terletak di selatan khatulistiwa.
B .Arus Lautan Pasifik
·
Utara-Equatorial
lancar (Hangat):Arus seberang dari timur ke barat, yaitu dari Amerika Utara mencapai
Filipina.
·
Kuroshio
Lancar (Hangat):saat sepanjang Filipina,Taiwan & Jepang formulir pantai
ini,
·
Satelah
mencapai pantai barat Amerika Utara,itu menjadi 2 cabang yaitu :
Ø
Alaska Lancar
(Hangat) : sepanjang pantai British Columbia &Alasca
Ø
Alaska Lancar
(Dingin) :ini bergerak ke arah selatan sepanjang pantai California.
·
Ovashio
Lancar (Dingin) : Arus sepanjang pantai timur semenanjung Kamchatka
·
Okhotsk
Lancar (Dingin) : Berasal dari kutub & menyatu dengan Ovashio saat ini.
·
Autralia
Timur Lancar (Hangat ): Arus dari timur ke barat di samudra pasifik.
Sedangkan arus permukaan disebabkan oleh angin
dan geografis tidak merata, arus laut dalam adalah hasil dari tenggelam dan
upwelling air, dan termohaline ( suhu
dan salinitas) perbedaan. Para sirkulasi atmosfer dan lautan dikaitkan bersama,
dan ini sistem sirkulasi lautan global transfer panas dari rendah ke lintang
yang lebih tinggi, membuat lautan bertanggung jawab untuk sekitar 40% dari
transportasi panas global. Meskipun ada kesamaan antara sirkulasi atmosfer dan
laut, arus laut bergerak lebih lambat dari angin, dengan kecepatan sekitar
beberapa kilometer per hari untuk beberapa kilometer per jam.
Sistem arus
permukaan menyerupai utama angin
pola atmosfer. Namun, arus permukaan tidak bergerak tepat di arah yang sama,
tapi pada sudut 45 derajat untuk angin arah, dengan kecepatan air kurang dari
3% dari kecepatan angin yang asli. Ternyata ke kanan di belahan bumi utara, dan
ke kiri di belahan bumi selatan. Turun ke lapisan lebih dalam, ia cenderung
mengubah lebih jauh dibandingkan ke permukaan, dan pergi bahkan lebih dalam
dalam air (sampai sekitar 109 yd [100 m], di mana kedalaman gerak tidak
tercapai), akhirnya, sudut antara angin permukaan dan gerakan dalam mencapai 90
derajat. Ini disebut spiral Ekman.
Fitur yang dominan adalah gyres subtropis
(lingkaran semi-tertutup dari arus), dan arus batas, baik dalam cekungan laut
timur dan barat. Para gyres yang berpusat sekitar 30 lintang derajat di
cekungan laut besar, dan putar searah jarum jam di belahan bumi utara, dan
berlawanan di belahan bumi selatan karena bumi rotasi
dan perubahan arah angin dengan lintang. Sirkulasi dasar laut terlihat seperti
aliran barat dekat khatulistiwa, yang bergerak air hangat untuk lintang yang
lebih tinggi di samudera barat. Pada sekitar
35 derajat dari kedua garis lintang Utara dan Selatan, arus utama berbelok ke
arah timur, untuk membawa air hangat untuk lintang yang lebih tinggi. Untuk
menyeimbangkan gerakan poleward di cekungan laut timur, air dingin harus
kembali dalam arus. Di belahan bumi
selatan, pilin berubah ke arah yang berlawanan, dan karena ada tanah ada antara
35 dan 60 derajat lintang, yang kuat, arus dingin di sekitar Antartika
melengkapi sistem.
Sistem arus di Samudera Pasifik sangat
mirip dengan arus Atlantik. Pilin berputar searah jarum jam di bagian utara
Samudra Pasifik terdiri dari Khatulistiwa Utara kini hangat yang mengalir ke
arah barat utara khatulistiwa, bergabung dengan perbatasan barat hangat
Kuroshio kini, yang ternyata ke arah Timur dan menjadi hangat Pasifik Utara
Drift, sedangkan dingin Oyashio kini kembali air dingin dari Utara. Pada pantai
Alaska loop Alaska kini hangat. Batas timur California Lancar, dekat dengan
pantai California, juga membawa air dingin menuju khatulistiwa, menutup pilin
Samudera Atlantik Utara. Ini adalah tempat upwelling, naiknya air dingin
penggantian air permukaan yang melayang dunia karena angin, terjadi. Meskipun
membawa air dingin, rendah awan
, dan kadang-kadang kabut
di musim panas, kaya zat makanan, air dingin membantu industri perikanan.
Selatan pilin ini, tetapi masih di belahan bumi utara, yang hangat yang
mengalir ke arah timur Equatorial Utara lawan dapat ditemukan. Di bagian
selatan Samudra Pasifik, yang hangat, ke arah barat Equatorial Selatan Lancar
arus berlawanan dari Khatulistiwa Selatan lawan hangat ke timur, dan terus
menuju ke Selatan di pantai timur Australia. Sementara Barat Wind Drift adalah menuju ke
timur sekitar Antartika, Peru dingin atau Humboldt kini pergi ke utara di
pantai barat daya Amerika Selatan menutup pilin ini.
·
Suhu
Laut tropik
memiliki massa air permukaan hangat yang disebabkan oleh adanya pemanasan yang
terjadi secara terus-menerus sepanjang tahun. Pemanasan tersebut mengakibatkan
terbentuknya stratifikasi di dalam kolom perairan yang disebabkan oleh adanya
gradien suhu. Berdasarkan gradien suhu secara vertikal di dalam kolom perairan,
Wyrtki (1961) membagi perairan menjadi 3 (tiga) lapisan, yaitu:
a)
lapisan homogen pada permukaan
perairan atau disebut juga lapisan permukaan tercampur; b) lapisan
diskontinuitas atau biasa disebut lapisan termoklin; c) lapisan di bawah
termoklin dengan kondisi yang hampir homogen, dimana suhu berkurang secara
perlahan-lahan ke arah dasarperairan.
Menurut Lukas
and Lindstrom (1991), kedalaman setiap lapisan di dalam kolom perairan dapat
diketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari permukaan sampai lapisan
dalam. Lapisan permukaan tercampur merupakan lapisan dengan gradien suhu tidak
lebih dari 0,03 oC/m (Wyrtki, 1961), sedangkan kedalaman lapisan termoklin
dalam suatu perairan didefinisikan sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana
gradien suhu lebih dari 0,1 oC/m (Ross, 1970).
Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12 oC pada kedalaman 10 – 75 m. Disamping itu Lukas and Lindstrom (1991) mengatakan bahwa perubahan suhu permukaan laut sangat tergantung pada termodinamika di lapisan permukaan tercampur. Daya gerak berupa adveksi vertikal, turbulensi, aliran buoyancy, dan entrainment dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada lapisan tercampur serta kandungan bahangnya. Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah. Pada umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.
Salinitas
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran salinitas di suatu perairan.
Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan penyebaran salinitas secara vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi homogen. Terjadinya upwelling yang mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan dalam juga mengakibatkan meningkatnya salinitas permukaan perairan.
Sistem angin muson yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh terhadap sebaran salinitas perairan, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Secara horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal. Menurut Wyrtki (1961), sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang akhirnya berdampak terhadap variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim tersebut selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat mengakibatkan distribusi salinitas menjadi sangat bervariasi. Pengaruh sistem angin muson terhadap sebaran salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam (upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.
wilayah samudra pasifik terbentang dari pantai barat Amerika hingga pantai Timur Cina dan Australia dengan berbagai karakteristik yaitu:
Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi di dalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Menurut McPhaden and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 oC pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12 oC pada kedalaman 10 – 75 m. Disamping itu Lukas and Lindstrom (1991) mengatakan bahwa perubahan suhu permukaan laut sangat tergantung pada termodinamika di lapisan permukaan tercampur. Daya gerak berupa adveksi vertikal, turbulensi, aliran buoyancy, dan entrainment dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada lapisan tercampur serta kandungan bahangnya. Menurut McPhaden and Hayes (1991), adveksi vertikal dan entrainment dapat mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling. Upwelling menyebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih rendah. Pada umumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin yang berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.
Salinitas
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Perairan dengan tingkat curah hujan tinggi dan dipengaruhi oleh aliran sungai memiliki salinitas yang rendah sedangkan perairan yang memiliki penguapan yang tinggi, salinitas perairannya tinggi. Selain itu pola sirkulasi juga berperan dalam penyebaran salinitas di suatu perairan.
Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan penyebaran salinitas secara vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi homogen. Terjadinya upwelling yang mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan dalam juga mengakibatkan meningkatnya salinitas permukaan perairan.
Sistem angin muson yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh terhadap sebaran salinitas perairan, baik secara vertikal maupun secara horisontal. Secara horisontal berhubungan dengan arus yang membawa massa air, sedangkan sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal. Menurut Wyrtki (1961), sistem angin muson menyebabkan terjadinya musim hujan dan panas yang akhirnya berdampak terhadap variasi tahunan salinitas perairan. Perubahan musim tersebut selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi massa air yang bersalinitas tinggi dengan massa air bersalinitas rendah. Interaksi antara sistem angin muson dengan faktor-faktor yang lain, seperti run-off dari sungai, hujan, evaporasi, dan sirkulasi massa air dapat mengakibatkan distribusi salinitas menjadi sangat bervariasi. Pengaruh sistem angin muson terhadap sebaran salinitas pada beberapa bagian dari perairan Indonesia telah dikemukakan oleh Wyrtki (1961). Pada Musim Timur terjadi penaikan massa air lapisan dalam (upwelling) yang bersalinitas tinggi ke permukaan di Laut Banda bagian timur dan menpengaruhi sebaran salinitas perairan. Selain itu juga di pengaruhi oleh arus yang membawa massa air yang bersalinitas tinggi dari Lautan Pasifik yang masuk melalui Laut Halmahera dan Selat Torres. Di Laut Flores, salinitas perairan rendah pada Musim Barat sebagai akibat dari pengaruh masuknya massa air Laut Jawa, sedangkan pada Musim Timur, tingginya salinitas dari Laut Banda yang masuk ke Laut Flores mengakibatkan meningkatnya salinitas Laut Flores. Laut Jawa memiliki massa air dengan salinitas rendah yang diakibatkan oleh adanya run-off dari sungai-sungai besar di P. Sumatra, P. Kalimantan, dan P. Jawa.
Sebaran densitas secara vertikal ditentukan oleh proses percampuran dan pengangkatan massa air. Penyebab utama dari proses tersebut adalah tiupan angin yang kuat. Lukas and Lindstrom (1991), mengatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 95 % terlihat adanya hubungan yang positif antara densitas dan suhu dengan kecepatan angin, dimana ada kecenderungan meningkatnya kedalaman lapisan tercampur akibat tiupan angin yang sangat kuat. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu.
wilayah samudra pasifik terbentang dari pantai barat Amerika hingga pantai Timur Cina dan Australia dengan berbagai karakteristik yaitu:
a.
samudra pasifik merupakan
samudra terluas du dunia
b.
di samudra pasifik terdapat
titik terendah di muka bumi,yaitu palung mariana (kedalaman 11.022 m ) terdapat
di Filipina.
c.
Samudra pasifik mempunyai
banyak palung , yaitu palung Tongga (10.882 m),Palung kuril (10.542 m),Palung
Filipina (10.497 m),Palung Tzu Bonin (9.810 m),Palung New Hebrides (9.165 m ),Palung
South (9.140 m),Palung Jepang (8.412 m ),Palung Peru-Cile (8.066 m),Palung
Akution 97.822 m ),dan Palung Amerika Temgah (6.662 m).
d.
Di samudra pasifik banyak
terdapat gunung api aktif ,sehingga sering terjadi gempa.
e.
Samudra pasifik merupakan
tempat pertemuan antara garis bujur Barat dan bujur Timur sebagai batas
penanggalan internasional
f.
Di samudra pasifik banyak
terdapat Negara kepulauan
g.
Di samudra pasifik banyak
terjadi gejala alam El Nino dan La Nina,terutama di perairan yang dilintasi
garis katulistiwa.
h.
Di Samudra Pasifik terdapat
pertemuan arus panas Kurosyiwo dan arus dingin Oyasyiwo di Laut Bearing
(Pasifik Utara)yang menimbulkan arus hangat dan merupakan kawasan tangkapan
ikan yang sangat baik.
Cirri khas perairan Pasifik
·
Merupakan samudra terluas di
dunia
·
Dasar samudranya merupakan
pusat gempa bagi jepang dan pantai barat benua Amerika.
·
Banyak terdapat gunung-gunung
laut
·
Terdapat gejala iklim globe
yaitu el nino dan la nin
DAFTAR PUSAKA
. http://web-japan.org/atlas/technology/tec03.html
. ^
"Japan
Atlas: Japan Marine Science and Technology Center" . http://web-japan.org/atlas/technology/tec03.html
Pacific
Ocean ". Britannica Concise . 2006. Chicago: Encyclopædia Britannica, Inc.
^ a
b
Samudra
Pasifik ". Concise Britannica Chicago.:
2006. Encyclopædia Britannica, Inc